Senin, 19 Juli 2010

GA ADA KERJAAN

Hey hey udah berapa lama ya gue ga nulis lagi?bulan?tahun?ah males ngitungnya. Seneng ga gue balik lagi? :/ oke oke gue ga perlu tau jawaban lo semua.

Hmm sekarang itu hari senin tanggal 19 juli 2010 jam 18.30 tepat, dan balik ke topik. Gue mau nulis apa yaaaa? Apa mau gue ceritain aja perasaan gue sekarang? *ga penting*. Judul blog ini kan "My Experiences" bukan "My Feeling". Jadi mending gue ceritain pengalaman gue aja yah. Tapi pengalaman apa? Ada ide? Raise your hand please! Ga ada? aaaaa tega bikin gue kebingungan sendiri. Hmm pengalaman gue dapetin kuliah mau? Ah nggak deh. Banyak sakit hatinya. Ya meskipun gue udah keterima sih di UPI. Tau UPI nggak? Gue sebel deh kalo misalnya gue ditanya gini;

Q: "Lin, kuliah dimana?"
A: "UPI."
Q: "Dimana tuh?"

Semenjak itu gue ubah jawabannya;

Q: "Lin, kuliah dimana?"
A: "Universitas Pendidikan Indonesia."
Q: "Dimana tuh?"

Oke. Ga ngefek sama sekali. Kurang ya pengetahuan orang tentang UPI. aaaa kasian sekali dirimu, PI. Beda kalo gue denger orang ngomong;

Q: "Kuliah dimana?"
A: "Alhamdulillah ITB."
Q: "WOW!!!!"

Lupain aja soal di atas. Yang jelas gue kuliah tahun ini di universitas negeri jurusan yang paling gue benci tapi huhuhuu (baca: Matematika). Gapapa lah. Bersyukur, Lin. Banyak orang yang pengen kuliah di Universitas negeri tapi ga bisa. Oke gue bersyukur banget. Makasih, Ya Allah :)

END

Udah itu doang pengalaman gue. Banyak sih sebenernya tapi gue males ceritaninnya. Abis ga happy ending sih :'(

Sekarang gue nyeritain soal apa ya? Soal cowok? Basi ah. Cewek? Temen temen gue? Bukannya udah gue ceritain ya?
aaaaa coba udah mulai kuliah ya gue nulisnya. Gue ceritain deh semua pengalaman ospek gue. Tapi kuliah masih lama. 2 bulan lagi kali yah. aaaaaa ga sabar deh jadi mahasiswi baru. Nyari cowok baru, pengalaman baru, temen baru dan gue paling ga sabar yang namanya ngecengin cowok cowok ganteng. Anak bandung kan ganteng ganteng boooo hihihiiii (kok jadi ngomongin cowok gini?)

ah sumpah deh gue lagi ga ada ide buat nulis. Ini cuma gara gara gue bete aja makanya gue nulis. Kapan kapan aja deh ya gue ceritain pengalaman pengalaman gue yang seru. Terutama pas mulai kuliah. 2 bulan lagi tapi. Mau nunggu? Tunggu aja yah ;)

Minggu, 04 Oktober 2009

PENYESALAN

Kutelusuri langkah menuju kelasku di sekolahku yang baru. Ada rasa deg-degan, takut, tenang, lega, penasaran. Semua bercampur dalam emosiku pagi itu. Ditemani seorang guru yang baru kukenal, aku mengenalkan diri, "Pagi, nama saya Linda. Pindahan dari SMA Pusaka I Jakarta."
Murid murid yang berada di kelas itu terdiam. Terbayang di benakku bagaimana mereka menanggapi perkenalan awalku barusan.

'Hah? Pusaka yang banyak jablaynya itu?'
'Pusaka? Gileeee gimana jadinya sekolah kita kalo ada dia?'
'Pindahan dari pusaka? Najis amit amit deh.'
'Woow. Bakal ada jablay di kelas kita.'
'Pusaka bisa juga masuk IPA?'

Mengkhayal sendiri dan aku hanya bisa menjawab sendiri dalam hati, 'Lo semua belum kenal gue. Gue nggak kayak yang lo semua pikir.'

"Ya sudah. Linda silahkan duduk. Nanti teman teman yang lain kalo ada yang mau bertanya, tanyakan saja langsung." Ibu guru mempersilahkanku menghindari tatapan tatapan aneh para murid.

Sekolah baruku itu tampaknya sedang menggelar acara class meeting. Ditandai dengan berbagai perlombaan yang sedang diselenggarakan di lapangan luar. Tak lama dua orang perempuan datang menghampiriku. Yang satu berkerudung dan satu lagi tidak.

"Eh lo dari Pusaka situ kan?" Tangan kiri cewek berkerudung itu menunjuk ke arah jendela kelas yang seakan-akan mantan sekolahku itu terletak disitu.
"Iya."
"Kok pindah?" Tanya yang satu lagi.
"Gue disuruh pindah sama orang tua gue."
"Kenapa? Jelek ya?" Cewek berkerudung itu terkekeh.
"Iya." Aku ikut terkekeh.

Tak lama seorang guru datang. Dilanjutkan dengan beliau memberikan pelajaran tambahan.

Singkat cerita bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku segera keluar pagar dan naik angkot yang memang berhenti disitu. Sebelum murid murid lain membicarakan hal yang tidak tidak tentang aku dan mantan sekolahku.

"Tadi temen temen baru nanyain 'lo udah punya cowok?'" Kataku manja pada Imam di telepon malamnya.
"Trus lo jawab apa?"
"Udah."
"Udah? Siapa?"
"Lo."
"Gue? Serius?" Nada bicaranya tampak sumringah.
"Iya. Emang kenapa?"
"Nggak apa apa." Aku bisa mendengar dia tertawa senang walaupun suaranya kecil.
"Aneh deh lo."
Imam tertawa disusul aku.

Aku merasa bersyukur bisa pindah dari sekolahku yang dulu. Tetapi agak kecewa juga karena aku lagi lagi di swasta. SMA negeri tidak ada yang mau menerimaku di kelas IPA. Apa karena aku pindahan dari Pusaka? Kenapa? Padahal mereka belum tahu asal usul ku. Karakter seseorang tidak dinilai dari dimana dia sekolah kan? Melainkan dari pribadi orang itu sendiri. Aku menyimpulkan sendiri, 'Pikiran mereka masih kayak anak kecil ya?'

Hmmmh. Nasibku di Jakarta memang sial. Mau tidak mau harus aku terima. Karena hidup harus tetap berjalan. Aku berdoa semoga di sekolah baruku ini tidak ada temanku dulu sejenis Vika, yang mengaku sahabatku tetapi dia bermuka dua, memfitnahku di belakang, sedangkan di depan dia tampak baik, polos. Ternyata muka polos tidak menjamin sifat dan perilaku seseorang. Saat itu aku benar benar sakit hati dibuatnya. Aku menganggap dia teman baikku. Namun akhirnya aku dikejutkan dengan sifat dia tersebut. Aku hanya bisa diam saat itu. Belum ada yang membuatku merubah karakter menjadi berani. Sebelum aku sekolah di sekolah baruku ini.

Aku mendapat enam teman dekat saat itu. Vitra, Nisa, Riska, Nila, Paul dan Ayu.

Rr. Edhityas Vitra Murdwianisa yang awalnya kupanggil Edhit namun lama kelamaan terbiasa memanggil Vitra karena pengaruh Nisa, Riska dan yang lainnya.
Orangnya hiperaktif, cerewet, hobi hangout, irit, suka bergaul dengan anak kalangan atas dan selalu membuat suasana ceria dengan leluconnya hingga sekarang.

Annisa Tripadmi Nuraida yang kupanggil Nisa, namun kadang kupanggil Atun juga. Karena badan dan wajah dia mirip dengan lakon Atun di sinetron Si Doel.
Orangnya bijaksana namun selalu bertingkah aneh, yang selalu membuat kita terbahak bahak. Pernah ada gosip dia mau pindah sekolah. Aku sangat sedih dibuatnya karena aku sudah terlanjur dekat dengan dia. Tetapi dia hanya bercanda ( -.- bikin dendam!!)

Riska Magdalena Kaseger yang kupanggil Riska.
Orangnya paling enak diajak curhat, selalu mengerti kondisi orang lain, paling susah kalau diajak jalan tetapi dia selalu minta jalan sama kita (aneh), hobi nyanyi sama seperti aku, pokoknya banyak sifat dia yang mirip denganku.

Nila Putri yang biasa kupanggil Nila.
Orangnya malas apalagi setiap diajak jalan, dan dia mempunyai berat badan yang sangat over. Kasihan aku melihatnya, namun selalu membuatku dan yang lain ingin tertawa. Tetapi sekarang dia memisahkan diri dengan kami. Alasannya masih tanda tanya. Namun pernah dia bercerita kepadaku kalau dia sangat tidak cocok main denganku, Vitra dan yang lainnya. Tetapi sampai sekarang hubungan kami masih baik baik saja, meskipun sudah tidak seperti dulu lagi.

Farida Ulfa yang kupanggil Paul.
Orangnya tomboy, sok rame, sok tajir, sok punya banyak cowok, sok gaul apalagi dan selalu merendahkanku :'(
Dia juga sudah memisahkan diri. Karena mungkin dia malu dengan semua kebohongannya yang sudah terungkap oleh kami. Hubungan kami masih baik. Namun tidak sebaik hubunganku dengan Nila.

Marlia Ayuningtyas yang biasa kupanggil Ayu.
Sebelum aku mengenal dia lebih jauh, aku menganggap dia pengertian dan paling enak diajak curhat. Tetapi itu dulu. Sebelum aku mengetahui semua kejelekan dia yang sampai sekarang aku masih suka kesal melihatnya. Satu yang kuanggap baik dari dia yaitu dia paling bisa menjaga rahasia.
Sekarang kami sudah tidak dekat lagi. Karena sikap dia itu. Dan bukan hanya aku saja yang merasa kesal seperti itu. Anak cewek satu kelasku juga kesal melihatnya. Di kelas sekarang dia akrab dengan para cowok. Teman cewek dia hanya anak teater (teman ekskul)

Enam orang itu adalah teman awal aku bersekolah di sekolah baruku ini. Namun hingga kini yang tersisa hanya tiga. Yaitu Riska, Vitra dan Nisa. Sepertinya hanya mereka yang pantas dijadikan sahabat.

Sejak aku masuk sekolah ini aku mempunyai seorang pacar. Dia anak Pusaka. Namanya Imam. Yang hingga kelas tiga ini aku masih berhubungan dengan dia. Dia juga tidak seperti anak Pusaka kebanyakan. Tidak mungkin aku berhubungan setahun lebih jika dia seperti itu. Cerita tentang dia akan kuceritakan lagi nanti. Karena terlalu banyak. Suka, duka, amarah, masalah, orang tua, dan yang lainnya.

Detik saat kubuat blog ini aku merasa amat sangat menyesal. Aku menyesal karena pindah dari Pusaka. Sekolah yang aku tempati sekarang tidak jauh beda dengan yang dulu. Sama sama sekolah swasta. Di Pusaka kesempatan aku untuk menjadi murid terbaik mungkin bisa terwujud. Apalagi disana ada PMDK Unpad dan UGM. Sedangkan di sekolahku yang sekarang tidak ada. Kebetulan Pusaka adalah asuhan Unpad.

Aku menyesal karena terlalu mementingkan ego ku. Seandainya aku mendengarkan apa nasihat mama waktu itu. Jika aku tidak pindah, uang tidak akan terbuang percuma, tidak akan merepotkan papa yang tiap pagi harus mengantarku ke sekolah, mendapat kesempatan untuk menjadi murid berprestasi, mendapat kesempatan PMDK Unpad yang merupakan universitas tujuanku yang paling utama nanti, tidak akan berdosa karena pacaran (aku tahu jika aku tidak pindah maka Imam tidak akan menjadi pacarku), dan masih banyak lagi hal lain.

Namun aku harus bagaimana lagi. Tidak mungkin aku pindah lagi ke Pusaka. Sedangkan hidup harus tetap aku jalani. UN dan SNMPTN sebentar lagi ada di depan mata. Yang harus kulakukan sekarang hanya bertawakal dan berusaha. Semoga Allah memberikanku yang terbaik dan membantuku untuk membahagiakan kedua orang tuaku terutama papa yang ingin sekali melihatku sukses. Amin Ya Allah

Senin, 10 Agustus 2009

Pengalaman Pertama di Operasi. Hiiiiiiiiiii

Hari sabtu tanggal 3 januari 2009. Masih dalam suasana ramainya tahun baru. Malem kira kira jam 11an, saat gue bersiap buat tidur, papa ngomong gini, "lin, senen ke rumah sakit ya." Gue yang saat itu lagi terkantuk kantuk langsung seger lagi, "hah? ke rumah sakit, pa?". "Iya. Jangan ditunda tunda lagi lin." "Tapi pa, kan sekolah?" "Tapi nggak lagi ulangan kan?" Gue langsung lemes. "Iya sih." "Ya udah. Kamu siap-siap aja." Gue langsung ninggalin papa terus ke kamar. Lampu udah gue matiin. Selimut udah nempel di badan gue. Saatnya tidur. GOD, gue bener-bener nggak bisa tidur. Gue kepikiran hari senen nanti. Huaaaaaaaa. Hmmm... sori gue belum ceritain alesan papa ngomong gitu ke gue tadi. Kita flashback dulu, oke.


Gini ceritanya ,,,,

Dua bulan lalu, oktober 2008, gue ngedapetin ada benjolan di salah satu anggota badan gue (sori gue nggak bisa ngasih tau dimana tempat persisnya). Yahh, kira-kira segede bakso. Berhubung gue nggak tau, gue langsung lapor ke mama. Mama yang sebelumnya masang muka manis ngeliat gue langsung berubah sangar gitu pas gue ngasih tau soal benjolan tadi. Sampe teriak marah marah gitu ke gue. Gue bingung donk. Loh, Ma, salah aku apa? dalem hati gue.


Setelah mama ngomel-ngomel trus masang muka khawatir sama muka sangar nggak karuan, mama langsung nelepon papa. Nyeritain soal benjolan gue itu tadi. Di telepon, mama kedengeran biasa aja. Nggak kayak waktu ngasih gue keterangan sekaligus omelan bertubi-tubi tadi. Abis nelepon, mama langsung nyamperin gue ke kamar. Masih dengan tampang khawatirnya, mama ngomong sama gue. Trus tiba-tiba aja ngevonis gue gitu (sok dokter deh), mama bilang kalo gue menderita penyakit tumor. Eeeh, abis itu mama ngomel-ngomel lagi.


"KAMU SIH MAKANNYA NGGAK BISA DIATUR. NGGAK MAU MAKAN SAYUR. SEKARANG TAU RASA KAN APA AKIBATNYA. KECIL-KECIL UDAH PUNYA PENYAKIT GITUAN bla bla blaaaaaa."
Padahal kan belum tentu bener. Huuh. Tapi gue cukup sedih juga waktu mama ngomong gitu. Ya Allah, aku masih kecil. kenapa udah dikasih penyakit kayak ginian? Hiks.

Beberapa hari kemudian, Idul Fitri tiba. Gue sekeluarga mudik ke bandung sama tasikmalaya. Semua keluarga cewek gue diceritain soal penyakit gue sama mama. Semua langsung pada panik gitu. Terutama keluarga cewek dari papa. Maklum, mereka trauma. Soalnya ada dua orang dari keluarga papa meninggal karena kanker. Semua langsung nyaranin buat berobat kesini lah, kesitu lah. Ada yang nyaranin ke alternatif, ada yang nyaranin ke rumah sakit khusus kanker dharmais. Binguuuuung. Pas pulang ke jakarta, mama langsung bawa gue ke salah satu rumah sakit di jakarta. Soalnya, kebetulan dokternya kenalan dokter langganan mama. Tu dokter cuma megang-megang doank langsung membenarkan vonisan mama dulu. Gue disuruh operasi secepatnya.

OH MY GOD!!!


Langsung merinding gue. Tapi sih kayaknya mama nggak langsung ngeiyain kata dokter. Mama ngebawa gue ke alternatif dulu. Yang pengobatannya pake ramuan alami gitu. Soalnya udah banyak yang sembuh pas udah berobat disitu. Mama juga kadang-kadang kalo sakit, pake obat dari tempat itu. Tapi kira-kira sebulan, gue udah nggak tahan lagi berobat disitu. Abis pas diterapinya gateeeeeell bangeeeeet. Gue bener-bener nggak tahan. Trus gue disuruh mantang makanan lagi. Nggak boleh makan ini lah, itu lah. Dan gawatnya, rata-rata pantangan makanannya tu makanan kesukaan gue!! Hiks. Kesiksa gue. Tapi ada hasilnya juga sih gue terapi di alternatif itu. Tumornya jadi mengecil gitu.

Tapi, pokoknya GUE UDAH NGGAK TAHAN!!!!

Abis dari alternatif, gue ngebiarin aja tu penyakit. Semua pantangan makanan gue makan aja. Nggak peduli gue. Toh, nggak makin gede ini.

Abis itu, mama sama papa bawa gue ke rumah sakit dharmais. Rumah sakit khusus kanker gitu. Rencananya gue mau operasi disana. Pas pertama kali gue masuk, gue mikir. Ni rumah sakit apa hotel? Nuansa rumah sakit yang mengerikan bener-bener nggak keliatan. Pasien betah kali ya lama lama disini. Hahahahaha.


Setelah di USG, ternyata hasilnya tu tumor jinak. Nggak menyebar kemana-mana kayak kanker. Gue cukup tenangan lah. Trus kata dokter, gue disuruh cepet-cepet operasi. Pas gue, mama sama papa plus dukungan dari keluarga dan temen-temen gue nyanggupin buat dioperasi, gue disuruh nentuin kapan tanggal operasinya. Tapi, gue masih tunda-tunda. Soalnya gue cukup banyak kegiatan di sekolah. Ditambah mama yang lagi sakit. Takutnya mama nggak bisa nemenin gue di rumah sakit nanti. Kurang lebih dua bulan rencana operasinya ditunda-tunda. Selama dua bulan itu, gue nyantai aja. Nggak ada sesuatu khusus yang gue hindarin sebagai penderita penyakit tumor. Padahal sebenernya sesuatu khusus itu banyak banget. Kayak makanan, kegiatan, pokoknya banyak deh. Tapi, gue ngerasa kayak orang sehat aja. Hahahahaha. Nyebelin banget ya gue? Padahal gue udah diomelin berkali-kali sama mama, sama temen-temen gue. Tapi gue tetep aja batu. Sampe-sampe mereka ngerasa capek buat negor gue lagi. Fhuuuuuh. Sabar yaa ma, temen-temen. Maafin gue. Hehehehe.


Gitu ceritanya ....

Kita udah nggak flash back lagi nih. Lanjut yaa.

Singkat cerita, hari selasa gue dibawa lagi ke rumah sakit dharmais. Buat nentuin kapan tanggal operasinya. Untung gue nggak perlu menjalani tahapan-tahapan persiapan operasi lagi. Seperti USG, tes darah, dan lain lain deh pokoknya. Dan ternyata, operasi ditentuin hari rabu besok, tanggal 7 januari 2009!! deg deg deg deg deg deg deg !!!

Besoknya, jam 10, gue, mama sama papa bersiap ke rumah sakit. Untung aja abis operasi nggak nginep. Cuma rawat singkat doank. Di rumah, gue disuruh puasa makan dari jam 5 sampai operasi dimulai. Kebayang gimana lemesnya gue waktu itu. Cuma boleh minum doank. Untung gue bukan cewek doyan makan. hehehehe. Jadi gue bisa nggak makan setengah hari gitu.


Menurut jadwal, gue dioperasi jam 12.30. Sekarang jam menunjukkan pukul 12.00. Jantung gue berdetak makin nggak karuan. Sambil nunggu operasi, gue nanya-nanya sama mama. Yang udah pernah dioperasi. Kata mama, operasi nggak sakit. Soalnya dibius lokal sama total. Tapi, pas abis operasi yang nggak enak. Kata mama, pengaruh obat bius bikin pusing sama mual. Tapi luka bekas operasinya sama sekali nggak kerasa. Gitu kata mama. Tapi, gue tetep aja deg-degan. Huuuhh.


Tiba-tiba, seorang suster berkerudung memakai baju krem kecoklatan keluar lalu meneriakkan "KELUARGA LINDA".


jeng jeng jeeeeeng!!!!


Gue nggak mikir apa-apa waktu itu selain ngebayangin badan gue dibelek trus keluar darah banyak trus.....hiiiiiiii. Berhubung gue baru pertama kali dioperasi, jelas lah gue takut. Gimana kalo nanti lukanya nggak mau kering, gimana kalo nanti gue nggak sadar-sadar lagi. Huaaaaaaaaa.


Sesampainya di ruang persiapan operasi gue disuruh buka baju trus dipakein baju warna hijau. Kepala gue ditutup sama topi khusus operasi trus gue ditidurin di ranjang beroda. Abis itu gue disuruh berdoa sama suster bareng mama sama papa.
Ya Allah tenangkan aku. Semoga operasi ini berjalan dengan lancar. Amiiiin.

Berkali kali gue ngeluh sama mama. "Maa, takuuuuut."
Serasa pingin nangis gue waktu itu. Mama juga terus terusan nenangin gue.
"Nggak apa-apa lin. Pasrah. Percaya sama Allah. Percaya sama dokter. Kamu nggak bakalan kenapa-kenapa."


Papa yang kebetulan suka ngelucu ngehibur gue dengan semua lelucon konyolnya. Semua dibahas. Dari soal suster, suster ngesot, sampai sendal suster pun dibahas. Hehehehe. Cukup buat gue ketawa. Makasih, pa.


Beberapa menit kemudian, suster masuk lalu membawaku ke ruang operasi. Detak jantung gue makin nggak keruan. Bibir gue gemeter gara gara kedinginan plus ketakutan. Sesampainya di ruang operasi, gue dipasangin infus dan beberapa alat sama suster. Ruang operasinya juga nggak nakutin. Terang benderang. Pake ada mp3 nya segala lagi. Cukup nenangin gue lah. Suster-susternya juga baik. Ngajak ngobrol gue, nenangin gue, senyum ke gue. Huuuh. Makasih, sus. Tapi tetep aja nggak bisa ngubah irama detak jantung gue yang ngerock abis!


Setelah itu, dokter datang. Langsung nyapa gue trus senyum ke gue. Huaaah. Coba dokternya masih muda trus ganteng. Hahaha. Nggak denk, Gue nggak mikir kayak gitu. Trus susternya ngomong ke gue. "Kita mulai, yaa."


Gue pasrah sambil ngeliatin lampu-lampu operasi di atas gue. Pas suster nyuntikkin obat bius ke infusan gue, gue langsung ngerasa aroma obat nggak enak di tenggorokan gue. Trus, gue nggak inget apa-apa lagi deh.



????????????????????????????????????????

?????????????????????????????

???????????????



Gue nggak tau persis berapa jam sebelum gue sadar. Sebelumnya gue sempet denger suster ngomong "yak. Operasinya udah selesei."


Tapi waktu itu gue masih dalam keadaan setengah sadar. Pas bener-bener sadar, gue nggak ngerasa pusing atau mual tuh. Biasa aja. Kayak abis bangun tidur. Gue coba nginget mimpi gue barusan. Tapi percuma. Gue nggak mimpi apa-apa. Yahh. Satu-satunya yang gue rasain, rasa sakit di bagian tumor gue. Nggak sakit-sakit amat sih. Rasanya kayak luka abis jatoh pas dikasih betadine.


Gue ngeliat kesana kemari. Dan gue cuma mendapati sosok suster berkacamata yang ngajak gue ngobrol pas sebelum dioperasi tadi. Dia lagi tiduran sambil nonton tv. Abis itu volumenya gede banget lagi! Dasaaaarr.


Pas dia ngeliat gue sadar, dia langsung ngajak gue ngobrol lagi. Selang oksigen yang masih nempel di hidung gue dicopot. Trus ranjang gue langsung didorong ke ruang persiapan operasi tadi. Abis itu si suster keluar, nyuruh mama sama papa masuk. Kata suster ke mama sama papa, gue udah sadar.


Mama langsung masuk trus nyiumin gue gitu. Trus mama nanya, "Mual atau pusing nggak, lin?"
"nggak kok, ma. Cuma sakit aja."
"ooooh. Bagus deh. Tadi tumor kamu mama foto."
"dibawa pulang nggak?"
"yaa nggak lah. Masih mau diperiksa. emang buat apa dibawa pulang? Mau digoreng?"
"aku cuma mau liat, ma."
"Kan masih mau diperiksa patologi, lin. Yang penting udah mama foto."
"Coba liat, ma?"
Trus gue diliatin foto yang menyerupai daging mentah sebesar bakso yang diplastikkin. Nggak seru. Abis nggak dibawa pulang. Hehehehe.


Abis itu, gue langsung dibawa ke ruang rawat singkat. Di sebelah gue, ada ibu-ibu yang lagi ngejalanin kemoterapi. Sereeeeemm. Trus tante gue dateng jenguk gue. Tante sempet nyium kening gue. Gue dibawain kue sama buah-buahan. Abis itu dokter dateng. Meriksa gue pake stetoskopnya. Gue ditanyain. "Mual nggak ? Pusing nggak?" Berhubung gue masih lemah, gue cuma jawab satu kata. "nggak." Selebihnya, mama yang ngomong sama dokter.

Gue dirawat singkat cuma sekitar satu jam. Trus mama sama papa mutusin buat pulang. Gue diturunin dari ranjang. Trus dinaekin ke kursi roda. Aduuuuuh. Gue nggak apa-apa kok. Nggak usah terlalu diperhatiin gini. dalem hati gue.

Ternyata operasi nggak serem-serem amat ya. Hehehehe.

Besoknya, temen-temen papa dateng jenguk gue dilanjutkan temen-temen gue. Mereka semua pada ngebawain gue buah-buahan. Nggak ada yang bawa duit apa?dalem hati gue. hahahahaha. Ngarep.

Fiuuuuhh. akhirnya semua bisa berlalu. Nggak ada sesuatu yang nakutin. Cuma perasaan gue yang lebay. Hehehehe.